AKU BERBATIK

""

Kamis, 06 Desember 2012

Makalah agama Buddha

AGAMA BUDDHA DAN KAITANNYA TERHADAP INDONESIA

Indah Kiki Yuliana

       Indonesia merupakan salah satu negara di kawasan Asia Tenggara yang di dalamnya terdapat beraneka ragam kepercayaan dan agama. Beberapa agama yang dimaksud diantaranya adalah Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Buddha, Konghuchu dan berbagai macam kepercayaan yang sifatnya masih kolot (animisme, dinamisme). Semua agama yang ada di Indonesia sudah diakui oleh pemerintah dan dijadikan suatu kekhasan tersendiri yang hanya dimiliki oleh bangsa Indonesia, terutama juga dengan agama Buddha. Agama buddha yang berkembang di Indonesia ternyata banyak pengikutnya yang dibuktikan dengan banyaknya pengikut saat upacara-upacara keagamaan untuk agama Buddha seperti Waisak yang sering diselenggarakan di Candi Borobudur. Selain diketahui dari hal tadi, juga bisa diketahui dari sebuah perkumpulan yang terdiri hanya untuk orang-orang Buddha yakni PERBUDI (Perhimpunan Budhist Indonesia).
       Agama Buddha merupakan agama yang asli lahir di kawasan Asia Selatan, yang muncul karena adanya perpecahan dari agama utamanya yakni Hindu yang mendominasi. Pembawa ajaran agama suci ini adalah seorang keturunan dari Raja yang berada di kota Kapilavastu bernama Sidharta Gautama yang memiliki nama kecil Gautama Sakyamukti. Perkembangan agama Buddha masih tetap terlihat, itu di negara Srilanka yang bukan termasuk kawasan India. Namun, seiring perkembangan zaman agama Buddha mulai sedikit bergeser pengaruhnya ke kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara, dan Indonesia termasuk di dalamnya.

Awal Agama Buddha
       Sekitar 800 tahun SM di kawasan Asia Selatan tepatnya di India, masyarakat India hanya mengenal satu petunjuk yang bisa mengantarkannya untuk mencapai mokhsa (Kesempurnaan Jiwa) sesuai ajaran dari Veda (kitab suci) dan para Brahmana. Ajaran-ajaran yang disampaikan oleh para Brahmana saat itu disalahgunakan, yakni dengan membumbui ajaran tadi dengan kekuasaan (politik) yang akhirnya menimbulkan kritik-kritik atau respon dari masyarakat yang menentang ajaran-ajaran dari kaum Brahmana atau pendeta  yang sudah tidak sesuai lagi. Adanya kasta atau pelapisan dalam masyarakat mulai dari tingkatan yang paling atas dan paling mulia sampai dengan tingkatan yang paling bawah dan hina. Hal tersebutlah yang akhirnya memunculkan agama baru yang pada awalnya bernama Upanisad yang memiliki arti “ Duduk Di kaki Sang Guru Yang Mengajarkan Doktrin-Doktrin Yang Bersifat Esoteris” yang mengalami proses menuju sesuatu yang lebih praktis yang berupa ajaran untuk mencapai moksha yang lebih praktis yang dikenal dengan ajaran agama Buddha. Tokoh yang mempunyai andil besar dalam proses penyebaran agama Buddha  yakni Sidharta Gautama yang lahir sekitar 563 SM di kota Kapilavastu, di daerah Kosala, di lereng Gunung Himalaya, Nepal yang merupakan anak dari seorang raja bernama Sudhodhana dan dewi Maya.
       Kelahiran dari Sidharta Gautama ini merupakan anugerah terindah yang pernah dimiliki oleh raja Sudhodhana dan dewi Maya, karena selang beberapa jam setelah kelahirannya dipercaya Sidharta yang memeiliki nama kecil Gautama Sakyamukti ini bisa berjalan 6 langkah di atas bunga tratai. Selain itu juga ada ramalan dari seorang pendeta yang bisa melihat masa depan bahwa suatu saat nanti Sidharta akan menjadi seorang pendeta yang agung dan dikenal oleh masyarakat. Ramalan tersebut membuat raja Sudhodhana sedikit lebih intensif dalam menjaga Sidharta agar jangan sampai keluar dari kerajaan dan melihat dunia luar. Namun, usaha yang dilakukan oleh raja Sudhodhana tersebut sia-sia karena Sidharta memutuskan untuk pergi dan melihat dunia luar yang baru ia tahu. Sidharta melihat kehidupan luar yang kejam itu diantaranya orang tua, orang sakit, orang mati dan para pendeta yang akhirnya membuat dia meninggalkan kehidupan yang serba mewah di dalam istananya dan pergi untuk mencari kesempurnaan jiwa (Moksha) dengan melakukan pertapaan di bawah pohon bodhi yang berada di Bodhgaya yang membuat dia mengalami pencerahan bathin dan ilmu yang digunakan untuk khotbah pertama dia tentang Dharma/Buddha di Benares yang sering disebut dengan Catur Arya (Satyani) yang diantaranya:
  • Hidup di dunia adalah sebuah kesusahan/penderitaan
  • Kesusahan/penderitaan akan timbul karena terlalu senang dengan duniawi
  • Jika sikap senang tersbut dihilangkan, maka kesusahan/penderitaan juga akan hilang
  • Dan untuk menempuh hal tersebut ada 8 macam jalan yang harus dilewati yang dinamakan jalan kebenaran.
       Agama Buddha dalam perkembangannya mengalami perpecaran menjadi dua aliran baru yang terkenal yakni Buddha Hinayana dan Buddha Mahayana. Agama Buddha mulai berkembang menjauhi negara dimana dia dilahirkan dan mengarah ke bagian Asia Timur dan Asia Tenggara yang mempunyai dua jalur yang dilewati yakni:
  • Jalur Utara: Nepal, Tibet, Tiongkok, Korea, Jepang, Mongolia, dan Siberia.
  • Jalur Selatan: Celon (Srilanka), Birma, Thailand, Kamboja, Vietnam, dan Indonesia.

Berkembang di kawasan Indonesia
       Pada awalnya diketahui bahwasannya wilayah Indonesia juga terkena unsur persebaran dari agama Buddha sendiri ditunjukkan karena ada bukti dari berita asing Tiongkok yang menyebutkan bahwa pernah ada pendeta yang bernama Gunavarman dari lembah Khasmir yang datang ke Cho-po (Sumatera). Hal ini diperkuat dengan adanya penemuan peninggalan kerajaan Srivijaya yang merupakan kerajaan penganut Buddha yang lebih spesifik kepada Buddha Mahayana. Pembuktian ini ternyata dikomparasikan dengan penemuan lain juga di Indonesia yakni di Pulau Jawa yang telah ada sebuah kerajaan besar dengan perbedaan wangsa yang hidup berjajar, yakni Wangsa Sailendra dari kerajaan Mataram Kuno yang dapat diketahui bahwasannya wangsa tersebut merupakan wangsa besar dengan raja-raja besar, hasil budaya yang megah dan pengaruh agama yang kuat yakni agama Buddha. 
       Perkembangan agama Buddha di Indonesia terlihat dari berbagai macam kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha yang pernah muncul, berjaya, dan musnah di Indonesia yang semuanya tidak hanya Hindu saja, melainkan Buddha maupun keduanya. Kerajaan-kerajaan Buddha waktu itu diantaranya:
  • Kerajaan Srivijaya (Sumatera)
       kerajaan ini merupakan kerajaan yang terkenal dengan kerajaan yang penganut Buddhanya paling banyak dibuktikan dengan banyaknya bangunan vihara yang didirikan masa kerajaan Srivijaya sebagai tempat tinggal bhiksu. Masa itu, kerajaan Srivijaya disebut juga dengan kerajaan sebagai pusat agama Buddha yang terbesar di Asia Tenggara karena di kerajaan Srivijaya ada perguruan tinggi yang khusus mengajarkan tentang budaya India secara keseluruhan. Di kerajaan Srivijaya juga pernah dibuktikan ternyata memang pernah ada seorang guru besar agama Buddha yang diantaranya Sakyakirti, Dharmakitri, dan Dharmapala yang sebelumnya ketiganya belajar di perguruan tinggi Nalanda (Ligor, India) mengenai perdalaman untuk agama Buddha dan bahasa Sanskerta.
        Selain dari situ juga bisa diketahui lagi dalam Prasasti Nalanda yang berangka tahun 860 M yang isisnya menyangkut “pembebasan pajak beberapa desa dimaksudkan agar bisa memberikan nafkah pada para bhiksu dalam sebuah vihara yang dibangun oleh Balaputeradewa (dari Wangsa Sailendra, Mataram Kuno, Jawa Tengah)”. Ada lagi juga bukti yang bisa dijadikan bukti bahwa di kerajaan Srivijaya pernah ada agama besar yakni Buddha yang merupakan agama pendominasi di kehidupan masyarakat yang terdapat dalam Prasasti Ligor A yang berangka tahun 775 M yang berisi tentang “seorang raja dari Srivijaya bersama kepala bhiksu mendirikan tempat pemujaan Mahayana, yang terdiri banyak gedung”. Dari kedua prasasti tersebut ada juga pengaruh lain yang menyebutkan bahwa raja keturunan Sailendra yang bernama Samaratungga senang sekali membangun kuil 10 undak yang merupakan pemangku bhumi Srivijaya, sedangkan puterinya mendirikan bangunan Jinalaya.
  • Kerajaan Mataram Kuno (Wangsa Sailendra)
       Kerajaan Mataram Kuno secara umum ada dua wangsa yang memerintah yang juga berbeda keyakinannya, Wangsa Sanjaya lebih ke arah Hinduisme dan Wangsa Syailendara lebih kepada keyakinannya Budhisme. Perbedaan ini juga lebih mengarah kepada daerah kekuasaan masing-masing wangsa yang dimana Sanjaya menguasai Jawa Tengah bagian utara dan Sailendra sebagian Jawa Tengah bagian selatan (Jogjakarta).
       Wangsa Sailendra merupakan wangsa yang masih ada kaitannya dengan kerajaan Sriwijaya yang berada di Palembang, Sumatera yang keduanya merupakan penganut Buddha. Sailendra merupakan wangsa besar yang meninggalkan banyak hal yang bisa kita teliti yang diantaranya prasasti, candi-candi yang bisa menjelaskan mengenai Sailendra secara lengkap. Sailendra merupakan wangsa yang lebih menganut kepada jaran agama Buddha yang bisa diketahui dari banyak peninggalannya yang diantaranya:
-       Prasasti Kelurak yang berangka tahun 782 M yang berisi tentang pembangunan kuil atau bangunan suci untuk bhoddisattva dan sekaligus arca Manjusri yang ditulis dengan huruf Pranagari berbahsa Sanskerta oleh Raja Sailendra yang bernama Indra.
-       Prasasti Karang Tengah yang berangka tahun 824 M yang berisikan tentang 3 orang raja dan 3 bangunan suci agama Buddha, yang diantaranya:
a.    Raja Samaratungga yang pernah mendirikan bangunan kuil 10 tingkat (Candi Borobudur)
b.   Pramodhawardhani pernah mendirikan Jinalaya untuk ayahnya (Candi Pawon) dan membebaskan pjak tanah di sekita bangunan suci untuk pemeliharaan Bumisambharu (Candi Borobudur)
c.    Raja Samaratungga yang juga pernah mendirikan kuil yang bernama kuil Venuvana (Candi Mendut)
       Dari ketiga penjelasan yang terdapat di dalam Prasasti Karang Tengah tadi dapat disimpulkan bahwasannya hasil peninggalan dari Wangsa Sailendra adalah Buddha. Ketiga rentetan candi tadi merupakan gambaran perjalanan Sidharta Gautama saat masih ada di Bhumi, yakni Candi Mendut sebagai awal gambaran Sidharta lahir di Kapilavastu, di daerah Kosala, yang juga dilambangkan sebagai tempat Sidharta menerima pencerahan di bawah pohon Bodhi yang berada di Bodhgaya. Yang dibangun sekitar abad ke IX yang memiliki arca utama yakni Bodhisattva Avalokitesvara, Dhyani Buddha Vairocana, Bodhissattva Vajrapani yang semua itu merupakan lambang dari agama Buddha.
       Setelah itu untuk Candi pawon merupakan gambaran dari perjalanan Sidharta dalam menyampaikan ajarannya untuk pertama kali di daerah Benares. Candi Pawon ini dibangun sekitar abad ke-8yang bercirikan adanya Avaloikitesvara untuk dewi Tara yang juga terdapat ornamen Kinara dan Kinari. Candi Borobudur digambarkan sebagai titik terakhir dari perjalanan Sidharta dalam menyebarkan ajaran agama Buddha sampai saat kematiannya yang digambarkan di Candi Borobudur sebagai tempat kematiannya yakni di Kusinagara. Ketiga Candi tersebut mempunyai kaitan yang sangat unik yakni saat ada upacara-upacara keagamaan untuk Buddha, yang dimulai dari Candi Mendut, Candi pawon dan puncaknya di Candi Borobudur sebagai gambaran perjalanan Sidharta Gautama.
       Selain dari ketiga candi tersebut masih banyak peninggalan-peninggalan dari Wangsa Sailendra (Buddha) seperti Candi Kalasan, Kelompok Candi Sewu, Candi Plaosan Lor, dan Keraton Ratu Boko (sebagai vihara). Dari bukti-bukti inilah dapat diketahui bahwasannya perkembangan agama Buddha sudah sampai di Indonesia sejak masa kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia dan tidak menutup kemungkinan juga bisa jadi sebelum kerajaan terbentuk serta perkembangannya sampai sekarang di zaman yang modern. Kerajaan yang juga beragama Buddha selain kerajaan Srivijaya dan Mataram Kuno Wangsa Sailendra juga masih ada kerajaan Kalingga (Ho-ling) dan bahkan ada juga yang mencampurkan agama Buddha dengan Hindu seperti kepercayaan raja-raja di kerajaan Singhasari (Sinkritisme), yakni Kertanegara.



Penutup
      Agama Buddha merupakan agama yang muncul karena perpecahan dari agama asli yang ada di India yakni agama Hindu yang sudah dianggap tidak sesuai lagi ajarannya dalam artian sudah disalahgunakan oleh kaum Brahmana. Agama Buddha lahir tidak menganggap adanya perbedaan antara sesama karena mereka itu sama, dan di agama Buddha tidak mengenal kasta atau pelapisan sosial masyarakat. Agama Buddha memang lahir di kawasan Asia Selatan, namun dalam perkembangannya justru lebih banyak mengarah ke Asia Timur dan Asia Tenggara dan Indonesia masuk di dalamnya.
       Perkembangan agama Buddha di Indonesia diperkirakan sudah maju dan sudah menyebar luas. Pembuktiannya berupa kerajaan-kerajaan yang bercorak Buddha seperti kerajaan sriwijaya di Palembang, Sumatera yang merupakan kerajaan sebagai pusat pengajaran agama Buddha, di  Jawa juga terdapat kerajaan besar juga yakni Mataram Kuno namun dari Wangsa Sailendra sebagai penganut agama Buddha, dan kerajaan Kalingga (Ho-ling) serta kerajaan-kerajaan yang mencampur adukkan ajaran Buddha dengan Hindu seperti raja-raja Singosari meskipun tidak semuanya. Perkembangan agama Buddha ini melahirkan banyak sekali peninggalan-peninggalan yang bisa dijadikan referensi ulang dalam mempelajari kerajaan-kerajaan tersebut, dan bisa dijadikan suatu bukti bahwasannya pengaruh agama Buddha juga sampai di Indonesia yang kala itu masih bernama Nusantara.
 
Daftar Pustaka
Hardjowardojo, D. 1979. Warna Sari Sejarah Indonesia lama. Malang: FKIS Jurusan sejarah, IKIP Malang Pusat.
Meulen, V. D. 1974. Di Sekitar Persoalan Sailendra-Vamsa. Malang: Tri Daya.
Su’ud, A. 1988. Memahami Sejarah Bangsa-Bangsa Di Asia Selatan: Sejak masa Purba Sampai Masa Kedatangan Islam. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. 

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Followers