AKU BERBATIK

""

Kamis, 06 Desember 2012

Makalah agama Buddha

AGAMA BUDDHA DAN KAITANNYA TERHADAP INDONESIA

Indah Kiki Yuliana

       Indonesia merupakan salah satu negara di kawasan Asia Tenggara yang di dalamnya terdapat beraneka ragam kepercayaan dan agama. Beberapa agama yang dimaksud diantaranya adalah Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Buddha, Konghuchu dan berbagai macam kepercayaan yang sifatnya masih kolot (animisme, dinamisme). Semua agama yang ada di Indonesia sudah diakui oleh pemerintah dan dijadikan suatu kekhasan tersendiri yang hanya dimiliki oleh bangsa Indonesia, terutama juga dengan agama Buddha. Agama buddha yang berkembang di Indonesia ternyata banyak pengikutnya yang dibuktikan dengan banyaknya pengikut saat upacara-upacara keagamaan untuk agama Buddha seperti Waisak yang sering diselenggarakan di Candi Borobudur. Selain diketahui dari hal tadi, juga bisa diketahui dari sebuah perkumpulan yang terdiri hanya untuk orang-orang Buddha yakni PERBUDI (Perhimpunan Budhist Indonesia).
       Agama Buddha merupakan agama yang asli lahir di kawasan Asia Selatan, yang muncul karena adanya perpecahan dari agama utamanya yakni Hindu yang mendominasi. Pembawa ajaran agama suci ini adalah seorang keturunan dari Raja yang berada di kota Kapilavastu bernama Sidharta Gautama yang memiliki nama kecil Gautama Sakyamukti. Perkembangan agama Buddha masih tetap terlihat, itu di negara Srilanka yang bukan termasuk kawasan India. Namun, seiring perkembangan zaman agama Buddha mulai sedikit bergeser pengaruhnya ke kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara, dan Indonesia termasuk di dalamnya.

Awal Agama Buddha
       Sekitar 800 tahun SM di kawasan Asia Selatan tepatnya di India, masyarakat India hanya mengenal satu petunjuk yang bisa mengantarkannya untuk mencapai mokhsa (Kesempurnaan Jiwa) sesuai ajaran dari Veda (kitab suci) dan para Brahmana. Ajaran-ajaran yang disampaikan oleh para Brahmana saat itu disalahgunakan, yakni dengan membumbui ajaran tadi dengan kekuasaan (politik) yang akhirnya menimbulkan kritik-kritik atau respon dari masyarakat yang menentang ajaran-ajaran dari kaum Brahmana atau pendeta  yang sudah tidak sesuai lagi. Adanya kasta atau pelapisan dalam masyarakat mulai dari tingkatan yang paling atas dan paling mulia sampai dengan tingkatan yang paling bawah dan hina. Hal tersebutlah yang akhirnya memunculkan agama baru yang pada awalnya bernama Upanisad yang memiliki arti “ Duduk Di kaki Sang Guru Yang Mengajarkan Doktrin-Doktrin Yang Bersifat Esoteris” yang mengalami proses menuju sesuatu yang lebih praktis yang berupa ajaran untuk mencapai moksha yang lebih praktis yang dikenal dengan ajaran agama Buddha. Tokoh yang mempunyai andil besar dalam proses penyebaran agama Buddha  yakni Sidharta Gautama yang lahir sekitar 563 SM di kota Kapilavastu, di daerah Kosala, di lereng Gunung Himalaya, Nepal yang merupakan anak dari seorang raja bernama Sudhodhana dan dewi Maya.
       Kelahiran dari Sidharta Gautama ini merupakan anugerah terindah yang pernah dimiliki oleh raja Sudhodhana dan dewi Maya, karena selang beberapa jam setelah kelahirannya dipercaya Sidharta yang memeiliki nama kecil Gautama Sakyamukti ini bisa berjalan 6 langkah di atas bunga tratai. Selain itu juga ada ramalan dari seorang pendeta yang bisa melihat masa depan bahwa suatu saat nanti Sidharta akan menjadi seorang pendeta yang agung dan dikenal oleh masyarakat. Ramalan tersebut membuat raja Sudhodhana sedikit lebih intensif dalam menjaga Sidharta agar jangan sampai keluar dari kerajaan dan melihat dunia luar. Namun, usaha yang dilakukan oleh raja Sudhodhana tersebut sia-sia karena Sidharta memutuskan untuk pergi dan melihat dunia luar yang baru ia tahu. Sidharta melihat kehidupan luar yang kejam itu diantaranya orang tua, orang sakit, orang mati dan para pendeta yang akhirnya membuat dia meninggalkan kehidupan yang serba mewah di dalam istananya dan pergi untuk mencari kesempurnaan jiwa (Moksha) dengan melakukan pertapaan di bawah pohon bodhi yang berada di Bodhgaya yang membuat dia mengalami pencerahan bathin dan ilmu yang digunakan untuk khotbah pertama dia tentang Dharma/Buddha di Benares yang sering disebut dengan Catur Arya (Satyani) yang diantaranya:
  • Hidup di dunia adalah sebuah kesusahan/penderitaan
  • Kesusahan/penderitaan akan timbul karena terlalu senang dengan duniawi
  • Jika sikap senang tersbut dihilangkan, maka kesusahan/penderitaan juga akan hilang
  • Dan untuk menempuh hal tersebut ada 8 macam jalan yang harus dilewati yang dinamakan jalan kebenaran.
       Agama Buddha dalam perkembangannya mengalami perpecaran menjadi dua aliran baru yang terkenal yakni Buddha Hinayana dan Buddha Mahayana. Agama Buddha mulai berkembang menjauhi negara dimana dia dilahirkan dan mengarah ke bagian Asia Timur dan Asia Tenggara yang mempunyai dua jalur yang dilewati yakni:
  • Jalur Utara: Nepal, Tibet, Tiongkok, Korea, Jepang, Mongolia, dan Siberia.
  • Jalur Selatan: Celon (Srilanka), Birma, Thailand, Kamboja, Vietnam, dan Indonesia.

Berkembang di kawasan Indonesia
       Pada awalnya diketahui bahwasannya wilayah Indonesia juga terkena unsur persebaran dari agama Buddha sendiri ditunjukkan karena ada bukti dari berita asing Tiongkok yang menyebutkan bahwa pernah ada pendeta yang bernama Gunavarman dari lembah Khasmir yang datang ke Cho-po (Sumatera). Hal ini diperkuat dengan adanya penemuan peninggalan kerajaan Srivijaya yang merupakan kerajaan penganut Buddha yang lebih spesifik kepada Buddha Mahayana. Pembuktian ini ternyata dikomparasikan dengan penemuan lain juga di Indonesia yakni di Pulau Jawa yang telah ada sebuah kerajaan besar dengan perbedaan wangsa yang hidup berjajar, yakni Wangsa Sailendra dari kerajaan Mataram Kuno yang dapat diketahui bahwasannya wangsa tersebut merupakan wangsa besar dengan raja-raja besar, hasil budaya yang megah dan pengaruh agama yang kuat yakni agama Buddha. 
       Perkembangan agama Buddha di Indonesia terlihat dari berbagai macam kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha yang pernah muncul, berjaya, dan musnah di Indonesia yang semuanya tidak hanya Hindu saja, melainkan Buddha maupun keduanya. Kerajaan-kerajaan Buddha waktu itu diantaranya:
  • Kerajaan Srivijaya (Sumatera)
       kerajaan ini merupakan kerajaan yang terkenal dengan kerajaan yang penganut Buddhanya paling banyak dibuktikan dengan banyaknya bangunan vihara yang didirikan masa kerajaan Srivijaya sebagai tempat tinggal bhiksu. Masa itu, kerajaan Srivijaya disebut juga dengan kerajaan sebagai pusat agama Buddha yang terbesar di Asia Tenggara karena di kerajaan Srivijaya ada perguruan tinggi yang khusus mengajarkan tentang budaya India secara keseluruhan. Di kerajaan Srivijaya juga pernah dibuktikan ternyata memang pernah ada seorang guru besar agama Buddha yang diantaranya Sakyakirti, Dharmakitri, dan Dharmapala yang sebelumnya ketiganya belajar di perguruan tinggi Nalanda (Ligor, India) mengenai perdalaman untuk agama Buddha dan bahasa Sanskerta.
        Selain dari situ juga bisa diketahui lagi dalam Prasasti Nalanda yang berangka tahun 860 M yang isisnya menyangkut “pembebasan pajak beberapa desa dimaksudkan agar bisa memberikan nafkah pada para bhiksu dalam sebuah vihara yang dibangun oleh Balaputeradewa (dari Wangsa Sailendra, Mataram Kuno, Jawa Tengah)”. Ada lagi juga bukti yang bisa dijadikan bukti bahwa di kerajaan Srivijaya pernah ada agama besar yakni Buddha yang merupakan agama pendominasi di kehidupan masyarakat yang terdapat dalam Prasasti Ligor A yang berangka tahun 775 M yang berisi tentang “seorang raja dari Srivijaya bersama kepala bhiksu mendirikan tempat pemujaan Mahayana, yang terdiri banyak gedung”. Dari kedua prasasti tersebut ada juga pengaruh lain yang menyebutkan bahwa raja keturunan Sailendra yang bernama Samaratungga senang sekali membangun kuil 10 undak yang merupakan pemangku bhumi Srivijaya, sedangkan puterinya mendirikan bangunan Jinalaya.
  • Kerajaan Mataram Kuno (Wangsa Sailendra)
       Kerajaan Mataram Kuno secara umum ada dua wangsa yang memerintah yang juga berbeda keyakinannya, Wangsa Sanjaya lebih ke arah Hinduisme dan Wangsa Syailendara lebih kepada keyakinannya Budhisme. Perbedaan ini juga lebih mengarah kepada daerah kekuasaan masing-masing wangsa yang dimana Sanjaya menguasai Jawa Tengah bagian utara dan Sailendra sebagian Jawa Tengah bagian selatan (Jogjakarta).
       Wangsa Sailendra merupakan wangsa yang masih ada kaitannya dengan kerajaan Sriwijaya yang berada di Palembang, Sumatera yang keduanya merupakan penganut Buddha. Sailendra merupakan wangsa besar yang meninggalkan banyak hal yang bisa kita teliti yang diantaranya prasasti, candi-candi yang bisa menjelaskan mengenai Sailendra secara lengkap. Sailendra merupakan wangsa yang lebih menganut kepada jaran agama Buddha yang bisa diketahui dari banyak peninggalannya yang diantaranya:
-       Prasasti Kelurak yang berangka tahun 782 M yang berisi tentang pembangunan kuil atau bangunan suci untuk bhoddisattva dan sekaligus arca Manjusri yang ditulis dengan huruf Pranagari berbahsa Sanskerta oleh Raja Sailendra yang bernama Indra.
-       Prasasti Karang Tengah yang berangka tahun 824 M yang berisikan tentang 3 orang raja dan 3 bangunan suci agama Buddha, yang diantaranya:
a.    Raja Samaratungga yang pernah mendirikan bangunan kuil 10 tingkat (Candi Borobudur)
b.   Pramodhawardhani pernah mendirikan Jinalaya untuk ayahnya (Candi Pawon) dan membebaskan pjak tanah di sekita bangunan suci untuk pemeliharaan Bumisambharu (Candi Borobudur)
c.    Raja Samaratungga yang juga pernah mendirikan kuil yang bernama kuil Venuvana (Candi Mendut)
       Dari ketiga penjelasan yang terdapat di dalam Prasasti Karang Tengah tadi dapat disimpulkan bahwasannya hasil peninggalan dari Wangsa Sailendra adalah Buddha. Ketiga rentetan candi tadi merupakan gambaran perjalanan Sidharta Gautama saat masih ada di Bhumi, yakni Candi Mendut sebagai awal gambaran Sidharta lahir di Kapilavastu, di daerah Kosala, yang juga dilambangkan sebagai tempat Sidharta menerima pencerahan di bawah pohon Bodhi yang berada di Bodhgaya. Yang dibangun sekitar abad ke IX yang memiliki arca utama yakni Bodhisattva Avalokitesvara, Dhyani Buddha Vairocana, Bodhissattva Vajrapani yang semua itu merupakan lambang dari agama Buddha.
       Setelah itu untuk Candi pawon merupakan gambaran dari perjalanan Sidharta dalam menyampaikan ajarannya untuk pertama kali di daerah Benares. Candi Pawon ini dibangun sekitar abad ke-8yang bercirikan adanya Avaloikitesvara untuk dewi Tara yang juga terdapat ornamen Kinara dan Kinari. Candi Borobudur digambarkan sebagai titik terakhir dari perjalanan Sidharta dalam menyebarkan ajaran agama Buddha sampai saat kematiannya yang digambarkan di Candi Borobudur sebagai tempat kematiannya yakni di Kusinagara. Ketiga Candi tersebut mempunyai kaitan yang sangat unik yakni saat ada upacara-upacara keagamaan untuk Buddha, yang dimulai dari Candi Mendut, Candi pawon dan puncaknya di Candi Borobudur sebagai gambaran perjalanan Sidharta Gautama.
       Selain dari ketiga candi tersebut masih banyak peninggalan-peninggalan dari Wangsa Sailendra (Buddha) seperti Candi Kalasan, Kelompok Candi Sewu, Candi Plaosan Lor, dan Keraton Ratu Boko (sebagai vihara). Dari bukti-bukti inilah dapat diketahui bahwasannya perkembangan agama Buddha sudah sampai di Indonesia sejak masa kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia dan tidak menutup kemungkinan juga bisa jadi sebelum kerajaan terbentuk serta perkembangannya sampai sekarang di zaman yang modern. Kerajaan yang juga beragama Buddha selain kerajaan Srivijaya dan Mataram Kuno Wangsa Sailendra juga masih ada kerajaan Kalingga (Ho-ling) dan bahkan ada juga yang mencampurkan agama Buddha dengan Hindu seperti kepercayaan raja-raja di kerajaan Singhasari (Sinkritisme), yakni Kertanegara.



Penutup
      Agama Buddha merupakan agama yang muncul karena perpecahan dari agama asli yang ada di India yakni agama Hindu yang sudah dianggap tidak sesuai lagi ajarannya dalam artian sudah disalahgunakan oleh kaum Brahmana. Agama Buddha lahir tidak menganggap adanya perbedaan antara sesama karena mereka itu sama, dan di agama Buddha tidak mengenal kasta atau pelapisan sosial masyarakat. Agama Buddha memang lahir di kawasan Asia Selatan, namun dalam perkembangannya justru lebih banyak mengarah ke Asia Timur dan Asia Tenggara dan Indonesia masuk di dalamnya.
       Perkembangan agama Buddha di Indonesia diperkirakan sudah maju dan sudah menyebar luas. Pembuktiannya berupa kerajaan-kerajaan yang bercorak Buddha seperti kerajaan sriwijaya di Palembang, Sumatera yang merupakan kerajaan sebagai pusat pengajaran agama Buddha, di  Jawa juga terdapat kerajaan besar juga yakni Mataram Kuno namun dari Wangsa Sailendra sebagai penganut agama Buddha, dan kerajaan Kalingga (Ho-ling) serta kerajaan-kerajaan yang mencampur adukkan ajaran Buddha dengan Hindu seperti raja-raja Singosari meskipun tidak semuanya. Perkembangan agama Buddha ini melahirkan banyak sekali peninggalan-peninggalan yang bisa dijadikan referensi ulang dalam mempelajari kerajaan-kerajaan tersebut, dan bisa dijadikan suatu bukti bahwasannya pengaruh agama Buddha juga sampai di Indonesia yang kala itu masih bernama Nusantara.
 
Daftar Pustaka
Hardjowardojo, D. 1979. Warna Sari Sejarah Indonesia lama. Malang: FKIS Jurusan sejarah, IKIP Malang Pusat.
Meulen, V. D. 1974. Di Sekitar Persoalan Sailendra-Vamsa. Malang: Tri Daya.
Su’ud, A. 1988. Memahami Sejarah Bangsa-Bangsa Di Asia Selatan: Sejak masa Purba Sampai Masa Kedatangan Islam. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. 

Rabu, 05 Desember 2012

PENEMUAN MAMUT DI SITUS ROMA KUNA

Peristiwa Sejarah kalau ditinjau lebih dalam lagi akan mendapatkan banyak hal unik dan luar biasa di dalamnya. Seperti saat kita mempelajari dan  mengkaji kehidupan awal peradban manusia, yang contohnya adalah munculnya manusia purba di muka bumi. Di dalam sejarah akan membahasa secara lebih mendetail mengenai hal tersebut termasuk hal-hal pendukung lain yakni lingkungan alam, peralatan yang digunakan, cara hidup mereka dan hewan-hewan yang mendampingi seperti Dinosaurus dan Mamut. Menurut Dosen yang mengajar saya, Mamut itu merupakan sejenis Gajah Purba yang hidup di daerah Eropa dikarenakan memilki kulit yang lebat guna melindungi diri dari suasana yang dingin, sedangkan Stegodon juga merupakan gajah purba yang bisa ditemukan di kawasan daratan Asia karena kulit atau bulu yang dimilki tidak selebat Mamut.
Berikut ini merupakan penemuan Mamut yang saya baca dari National Geographic:
       Arkeolog Prancis, telah menemukan tulang belulang mamut yang hampir lengkap di pedesaan dekat Paris. Fosil mamut ini diperkirakan berumur 100 sampai 200 ribu tahun yang lalu. Peneliti dari National Institute for Preventive Archeological Research memperkirakan, umur mamut saat terjebak adalah 20 tahun. Tidak sengaja ditemukan, fosil mamut ini terungkap saat eskavasi situs Roma Kuno sepanjang kota Changissur-Marne. Kepala Arkeolog Gregory Bayle yang berada di lokasi mengatakan, "Bukti dan fosil sejelas ini tidak pernah ditemukan sebelumnya, setidaknya di Prancis."
       Para arkeolog mengatakan bahwa hipotesis tentang interaksi antara manusia zaman prasejarah dengan mamut terbukti benar. Teori sekarang, mamut dengan nama Helmut ini tenggelam atau diburu oleh manusia Neandhertal. Mamut ini ditemukan dalam keadaan hampir lengkap, termasuk rahang, panggul, dan tulang belakang. Ini adalah kali ketiga mamut berambut panjang ditemukan. Hingga sekarang, telah ditemukan 140 spesimen mamut di Siberia, termasuk fosil yang hampir sempurna.
Mamut (Gajah Purba yang memilki gading yang sangat panjang)

Aksara Jawa Kuna

Ini merupakan Aksara Jawa Kuna dalam Sejarah. 
Sangat mudah dipahami,
silahkan dicoba,
saya sudah membuktikan dengan mencobanya.

PERAH GOES TO JOGJA 22-24 MEI 2012

PERAH Goes To Jogja 22-24 Mei 2012

       Libur Akhir Semester 2 kemarin sekitar tanggal 22-24 Mei 2012 Off.B Prodi Pendidikan Sejarah yang disingkat menjadi PERAH pergi jalan-jalan bareng ke Jogjakarta untuk sekedar mengunjungi situs bersejarah dari peninggalan kerajaan di Jawa Tengah (Kerajaan Medang (Mataram Kuno)).
      Sebanyak lebih dari 50 orang dan 3 diantaranya merupakan PO bus yang kami sewa sebagai kendaraan dalam menuju Singhasana Jogjakarta. Sebagian besar yang ada dalam bus adalah anak Sejarah dari Prodi Pendidikan Sejarah 2011 Universitas Negeri Malang, meskipun ada 5 orang dari Jurusan berbeda yakni Ekonomi dan Geografi. Perjalanan yang ditempuh cukup menyenangkan, unik dan seru. Saya bersama 3 sahabat karib saya Novia, Diah, dan Ika sangat menikmati perjalanan yang mengesankan ini. Berkunjung ke kawasan daerah yang berbasis peninggalan kerajaan Besar yang pernah ada di Jawa Tengah.
       Camdig (Camera Digital) telah disiapkan oleh sahabt saya Novia dan Ika sebagai alat pengabadian semua acara kunjungan yang dilangsungkan. Di Jogjakarta lokasi yang dikunjungi pertama kali adalah Candi Pawon yang merupakan peninggalan Agama Buddha. Candi Pawon ini sangat indah sekali dan mempunyai nilai penting bagi masyarakat Buddha dalam upacara Waisak. Nilai penting ini diperkirakan adalah Candi Pawon dilambangkan seperti tempat Sidharta Gautama dalam menyebarkan wahyunya (Benares).
       Candi Mendut menjadi tujuan kedua dalam perjalanan anak PERAH di Jogjakarta, Candi yang juga merupakan Candi terpenting juga dalam Agama Buddha yang masuk dalam rentetan Candi sebagai perayaan Upacara Waisak. Dimulai dari Candi Mendut, Candi Pawon dan berakhir di Candi Agungnya yakni Borobudur. Masuk dalam Candi Mendut bau dupa sudah mulai menghampiri dan menunjukkan betapa indah dalam relung Candi. Tiga versi patung Sidharta Gautama terpampang Jelas, satu di tengah dan dua lainnya berhadapan.
       Setelah Candi Mendut, Candi Gunung Wukir menanti saya dan Rombongan untuk mengunjunginya. Hal yang paling berkesan buat saya pribadi adalah bisa bervoto dengan Nandi (Kendaraan Dewa Siwa) dan bersama teman-teman PERAH. Bangunan yang sudah rusak dan tempat yang panas tidak bisa mengurungkan niat saya dan rombongan untuk tetap kesana.
       Ke Hotel untuk beristirahat, makan, dan mandi yang setelah itu malamnya kami pergi ke Malioboro. Kesan yang unik adalah dimana saya bersama separuh rombongan masuk dalam kloter kedua, karena yang lain sudah pulang naek becak. Paginya persiapan sudah dimulai dan mulai berangkat jam 8 ke Pantai Parangtritis. Lumayan jauh perjalanannya sampai saya ngantuk dan tertidur cukup lama. Sampai di Pantai kami sebagai anak Sejarah wajib membuat prasasti berupa dokumentasi voto kita dimanapun itu tak terkecuali pantai sekalipun. Narsis rame-rame, ketawa lepas, bergandengan bareng, berdiri hadap laut lepas, Subhanalloh sungguh indah laut Ciptaan-Mu dan itu pertama kalinya saya datang kesana.
       Pantai sudah terlewatkan, pindah sasaran lainnya adalah Candi Sambisari yang bangunannya lumayan masih utuh untuk kategori Hindu dengan Lingga Yoni yang masih ada di dalam relung, bersama tiga relung lainnya (Agastya-murid Dewa Siwa, Durga- Istri Dewa Siwa, Ganesha-anak Dewa Siwa). Lengkap dan masih utuh. Sampai di Candi Sambisari mulai mendekati senja dan akhirnya saya beserta rombongan melanjutkan ke Keraton Ratu Boko (bekas Vihara Buddha). Tiba disana ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Harus naik tangga yang jumlahnya saya lupa karena banyak dan membuat pegel kaki. Tapi terbayarkan sudah dengan ke-eksotisan gerbang utama dengan sorotan cahaya senja. Wow, Luar Biasa. Memulai dengan masuk terlebih dahulu, dan yang terlihat hanya lapangan luas yang kosong tidak ada apa-apa. Ada tapi dibagian kanan yang merupakan bekas adanya suatu bangunan besar dengan batuan yang masih tercecer. Ada seperti bentuk patirtan di dalamnya. Luar biasa, dua kata mewakili semua.
       Terkahir menuju Candi Prambanan yang ternyata saya beserta rombiongan tidak bisa masuk dikarenakan sudah tutup. Alhasil yang masih buka adalah Pasar Prambanan. Teman-teman PERAH bersemangat untuk menyerangnya dan membawakan semua barang yang dibeli ke rumah masing-masing tak terkecuali itu saya sendiri. Dengan hasil akhir yang mengecewakan tidak bisa masuk dalam candi Prambanan, saya tetap bisa melihat pucuk dari Candi Prambanan yang entah itu Candi Brahma, Candi Wisnu atau Candi Siwa. Yang jelas saya merasa bahagia bisa mengunjungi bekas kerajaan megah di Jawa Tengah. Dan yang perlu di ingat bahwasannya saya beserta rombongan masuk dalam situs ini sudah resmi bayar lho! Selama 3 hari 2 malam tanggal 22-24 Mei 2012 di Jogjakarta saya beserta rombongan PERAH melukiskan sejarah baru bagi memoriam OFF.B 2011.


KRITIKKU TERHADAP KETIDAKTENTREMAN BUS

Ketidaktentreman Bus Tentrem

       Saya sering mengeluhkan tentang pelayanan umum pada transportasi seperti bus. Saya rasa di Indonesia masih sangat kurang perhatiannya dalam memberikan kenyamanan bagi masyarakat yang contohnya di Kota Malang. Terminal Arjosari yang berada di kota Malang merupakan terminal penghubung berbagai kota seperti Surabaya, Pasuruan, Blitar, Probolinggo, dan Jember. Setiap orang yang ingin melakukan perjalanan menuju kota masing-masing selain dengan menggunakan jasa kereta pasti menggunakan jasa bus. 
       Ketika saya ingin pulang ke Jombang, saya menggunakan bus jurusan Malang-Surabaya. Ternyata bus yang saya tumpangi ini memberikan ketidaknyamanan pada penumpang bus. Tentrem adalah salah satu bus yang sering berlalu lalang menuju Surabaya. Meskipun memiliki nama Tentrem, ternyata bus ini tidak memberikan  ketentreman sama sekali. Pernah sekali, saya naik bus ini dan merasakan sensasinya yakni ketika lampu lalu lintas kurang 3 hitungan menuju hijau, bus Tentrem dari arah Malang yang masih sampai di depan Taman Dayu menancap gas untuk melalui lampu lalu lintas tersebut agar tidak berhenti di lampu merah. Alhasil, bus Tentrem hampir saja bertabrakan dengan badan trotoar jalan dan pengendara sepeda motor yang melaju dari arah barat.
       Ocehan, kritik dan reaksi penumpang membahana seolah mencaci sopir bus. Tidak hanya itu saja, kadang bus yang kapasitasnya sudah penuh tetap saja ditambahi penumpang sehingga banyak penumpang berdiri sampai di kaca depan bus dan saya pernah mengalami itu. Ingin menelpon PO bus tersebut tapi takut. Ah tragis! kenyamanan itu sudah hilang. Setidaknya saya berharap agar setiap PO bus atau bahkan pemerintah lebih ekstra mengadakan penyuluhan terhadap sopir bus agar lebih berhati-hati, karena membawa banyak keselamatan orang.
                                                                                                                       Indah Kiki

Followers